Etnis batak merupakan salah satu etnis di Indonesia dengan banyaknya budaya, sejarah dan juga adat istiadat yang masih amat menempel terhadap masyarakatnya.

Salah satu rutinitas yang sering kali diidentikan dengan etnis batak adalah upacara adat. Sebagai keliru satu etnis dengan beragam istiadat, etnis batak tentu punyai banyak ragam upaca yang sampai kini masih sering kali diselenggarakan.

Seperti empat upacara tradisi unik masyarakat etnis batak ini yang jarang diketahui masyarakat terhadap umumnya. Mari simak ulasannya terhadap artikel selanjutnya ini:

1. Manulangi Natuatua

Manulangi mempunyai arti menyulang atau menyuap, namun Natuatua berarti orang tua. Manulangi Natuatua sendiri merupakan tidak benar satu tradisi masyarakat Batak Toba, di mana anak-anak berkunjung ke tempat tinggal orang tua mereka untuk memberi makan orang tua mereka dan ditunaikan secara berurutan, yaitu merasa dari anak-anak tertua sampai cucu termuda.

Pesta ini hanya bisa ditunaikan seumpama orangtua selanjutnya telah mempunyai cucu, atau bisa terhitung ditunaikan oleh orangtua yang telah memasuki jaman krisis (mendekati kematian).

Uniknya pesta ini seringkali diikuti bersama dengan prosesi bagian harta warisan. Prosesi ini umumnya ditunaikan secara paruma tano, paruma gogo. Paruma tano, paruma gogo mempunyai arti bahwa harta warisan yang telah dibagi akan tetap menjadi punya orangtua semasa hidup.

2. Mangokal Holi

Mangokal Holi berarti menggali kubur, merupakan tidak benar satu tradisi yang diakui sakral bagi kehidupan masyarakat Batak Toba. Ritual Mangokal Holi mempunyai tujuan untuk menggapai hagabean, hasangapan, dan hamoraon (usia panjang, kehormatan, dan kekayaan). Meski zaman telah berubah, tradisi ini selalu dipertahankan sampai waktu ini.

Keunikan didalam pelaksanaan pesta tradisi ini adalah marga yang menggelar Mangokal Holi kudu menjamu semua keluarga besar dan tetangga kampung yang ada. Bahkan didalam pelaksanaan upacara ini umumnya di sediakan daging kerbau. Sehingga bisa dikatakan pesta tradisi ini bisa mempererat tali kekerabatan.

3. Mangadati

Mangadati adalah pelaksanaan perkawinan tradisi (marunjuk) ”menerima-membayar” yang telah menerima pemberkatan nikah sebelumnya, di mana ke dua belah pihak orang tua sepakat, adatnya ditunaikan lantas hari atau kawin lari (mangalua) di mana acara ini ditunaikan pihak pengantin laki-laki (paranak).

Uniknya dari pesta ini yaitu pesta mangadati ditunaikan untuk membayar hutang adat. Hutang tradisi ini berlangsung seumpama seseorang lakukan pernikahan catatan sipil, tetapi belum lakukan pernikahan adat.

Dalam batak, upacara pernikahan tradisi berupa wajib. Itu sebabnya seumpama belum lakukan upacara adat, kudu selalu ditunaikan dikemudian hari sehingga akan dihitung sebagai hutang adat.

4. Upacara Kematian

Bagi masyarakat Batak, orang mati kudu diperlakukan bersama dengan khusus, di mana kematian orang Batak ditunaikan bersama dengan pesta dan bahagia cita.

Terdapat banyak model upacara kematian berdasarkan orang Batak Toba yaitu: tilahaon (upacara kematian anak), mate ponggol (meninggal sebelum saat menikah), mate diparalangngalangan (meninggal telah menikah tetapi belum dikaruniai anak), mate mangkar, matipul ulu, dan mantompas tataring (meninggal bersama dengan meninggalkan anak keturunan yang tetap kecil), mate hatungganeon (meninggal belum mempunyai cucu), mate sari matua (meninggal belum mempunyai cucu), mate saur matua (meninggal telah mempunyai anak cucu) dan saur matua bulung (meninggal telah mempunyai cicit dari anak laki laki dan anak perempuan).

Upacara ini amat unik sebab etnis batak mempunyai upacara tersendiri mengenai bersama dengan kematian orang terdekat. Namun tidak hanya itu keunikan didalam upacara ini, sebab didalam upacara ini terkandung sebuah benda yang kudu untuk disiapkan yaitu, sijagaron.